 ![](https://petani.s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/publicationentity/5c8701a3-8507-4319-b442-a2b9d49de77c.jpeg)

West Papua Province accounts for 8.6 percent of national nutmeg production. Fakfak District is one of the main nutmeg producers in West Papua Province, responsible for more than 80 percent of the total nutmeg production in the province (Ditjenbun, 2016).

\
Therefore, Papuan Nutmeg from Fakfak District plays a vital role in the nutmeg industry both regionally and nationally. According to a study by UNDP and ILO (2013), up to 80 percent of land in Fakfak district is covered by nutmeg from the species of *Myristica fragrans argentea* , with a total area of 6,071 hectares.

\
This is equivalent to 58 percent of the total area of nutmeg plantations in West Papua province and 11 percent of the total nutmeg production of Indonesia (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Fakfak, 2015). Papuan nutmeg in Fakfak district is typically cultivated in nutmeg forest gardens owned by local communities across generations. The trees occur in various elevation gradients ranging from coastal to mountainous ecosystems with relatively different patterns and productivity (Musaad et al. 2016). The research found that there is the potential for improving the productivity and profitability of Papuan nutmeg, through expanding or developing markets for raw and processed products. The potential added value could come through the intrinsic properties of the nutmeg and/or the place and way it is produced.

\
Expanding the market for Papuan nutmeg, however, presents the risk of encouraging clearing of native forests to plant new nutmeg forests. To safeguard against this scenario, efforts should be made to strengthen customary institutions and rules for sustainable forest management, intensify production in existing nutmeg forest gardens, incentivize conservation and encourage livelihood diversification to commodities and activities that do not require additional land, including spices such as vanilla, ecotourism and aquaculture.

 ![](https://petani.s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/publicationentity/8cbeaea0-2526-4e13-9f3c-31f9f25ce360.jpeg)

Provinsi Papua Barat menyumbang 8,6 persen dari produksi pala nasional. Kabupaten Fakfak adalah salah satu penghasil pala utama di Provinsi Papua Barat yang menghasilkan lebih dari 80 persen total produksi pala di provinsi tersebut (Ditjenbun, 2016). Oleh karena itu, pala Papua dari Kabupaten Fakfak berperan penting dalam industri pala, baik pada tingkat regional maupun nasional.

\
Menurut studi UNDP dan ILO (2013), hingga 80 persen lahan di Kabupaten Fakfak ditanami pala spesies *Myristica fragrans argentea* dengan luas 6.071 hektar. Ini setara dengan 58 persen dari total luas perkebunan pala di provinsi Papua Barat dan 11 persen dari total produksi pala di Indonesia (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Fakfak, 2015). Pala di Kabupaten Fakfak biasanya dibudidayakan di kebun hutan pala yang dimiliki masyarakat setempat secara turun-temurun.

\
Pohon-pohon pala tumbuh pada berbagai ketinggian mulai dari ekosistem pesisir sampai dengan pegunungan dengan pola dan produktivitas yang relatif berbeda (Musaad et al. 2016). Penelitian ini menemukan potensi untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan bagi pala Papua, melalui perluasan atau pengembangan pasar untuk produk mentah dan olahan. Nilai tambah potensial dapat berupa sifat intrinsik pala dan/atau tempat serta cara pala diproduksi.

\
Akan tetapi, memperluas pasar untuk pala Papua menghadirkan risiko munculnya dorongan pembukaan hutan asli untuk menanam hutan pala baru. Untuk memastikan skenario ini tidak terjadi, harus ada upaya memperkuat lembaga adat dan aturan pengelolaan hutan berkelanjutan, mengintensifkan produksi di dusun pala yang ada, memberi insentif konservasi, dan mendorong diversifikasi mata pencaharian untuk komoditas dan kegiatan yang tidak memerlukan lahan tambahan, termasuk rempah-rempah seperti vanila, ekowisata dan akuakultur.

thumbnail

thumbnail_docs

descriptioneng-4_pzsar6esx5vmurdmncj