**Executive Summary**

 \n 

The year 2024 represented a significant period of leadership transition, both within Kaleka and across its supported regions, several of which conducted local elections in November. Internally, Kaleka underwent a structural change in governance, with Bernadinus Steni appointed as Executive Director and Silvia Irawan joining the Board of Trustees. This transition is understood not merely as an administrative shift, but as a strategic moment to reaffirm Kaleka’s enduring commitment to sustainable natural resource governance in Indonesia. Kaleka views leadership renewal as integral to institutional resilience and continuity. The organization remains firmly aligned with its long-term vision, developed collaboratively with local government stakeholders, donor agencies, farming communities, and Indigenous peoples. This change in leadership is thus embraced as an opportunity to strengthen Kaleka’s role in advancing inclusive, accountable, and ecologically sound development practices.

 \n 

In 2024, Kaleka focused on eight core initiatives: (1) Sustainable Villages (locally known as Gawi Bahaum/Bapakat/Barinjam (GB) and Wewowo Kampung, (2) Jurisdictional Certification, (3) Wewowo Lestari, (4) Industrial Clusters, (5) Digital Transformation, (6) Tani Baik, (7) Collibri Alliance, and (8) Kalimantan Landscape. Notable progress was achieved under the Sustainable Villages program, with 85 villages conducting participatory land-use mapping, and 34 of them already receiving tangible benefits. The Jurisdictional Certification initiative also advanced significantly: Seruyan District successfully completed 71% of Phase II of the RSPO’s four-stage certification process. The Wewowo Lestari initiative marked progress in Indigenous land recognition, with five territorial maps submitted for formal approval in Fakfak. The Industrial Clusters program advanced partnerships with companies to support value-added production of sugar and essential oils.

 \n 

Digital Transformation launched the KATA (Kaleka Satu Data) platform to centralize and streamline data management across Kaleka activities. The Tani Baik Initiative fostered youth-led agricultural innovation in Seruyan, Bogor/Jakarta, and Bali. The Kolibri Alliance, a national NGO network, was formally established with ministerial endorsement and expanded to 12 members across 11 provinces. The Kalimantan Landscape Secretariat became fully operational in Sukamara and Ketapang—supporting customary forest mapping in Sukamara and initiating multi-stakeholder collaboration in Ketapang, including with palm oil industry actors.

 \n 

Kaleka’s performance in 2024 ranged between 55% and 100%. Key success factors for achieving over 80% on several Key Performance Indicators (KPIs) included clear activity planning and target-setting, strengthened internal capacity, and intensive field-based mentoring. In addition, strong coordination, collaboration, communication, and well-defined role distribution among stakeholders—comprising local government, village authorities, private sector actors, NGOs, and community members—within the Multi-Stakeholder Forum (MSF) significantly contributed to the foundation’s overall achievements.

**Ringkasan Eksekutif**

\
\
Tahun 2024 merupakan tahun transisi kepemimpinan. Tidak hanya bagi Kaleka, tetapi juga bagi daerah-daerah dampingan Kaleka yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah pada November 2024. Di dalam kepengurusan Kaleka, terjadi perubahan kepemimpinan dimana Bernadinus Steni menjadi Direktur Eksekutif, dan di saat yang sama Silvia Irawan menjadi anggota Dewan Pembina Kaleka. Kami memaknai perubahan tersebut dengan semangat yang sama yang dimiliki Kaleka untuk keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Karena itu, transisi dan perubahan kepemimpinan disambut Kaleka untuk tetap konsisten meraih mimpi yang dikembangkan bersama dengan mitra pemerintah daerah maupun lembaga donor, petani, dan masyarakat adat.

\
\
Pada 2024, Kaleka berfokus pada 8 kegiatan utama, yakni: (1) Desa Berkelanjutan atau disebut Gawi Bahaum/Bapakat/Barinjam (GB) dan Wewowo Kampung, (2) Sertifikasi Yurisdiksi, (3) Wewowo Lestari, (4) Klaster Industri, (5) Transformasi Digital, (6) Tani Baik, (7) Aliansi Kolibri, dan (8) Kalimantan *Landscape*. Selama 2024, salah satu kemajuan yang dapat kami tunjukkan dari Desa Berkelanjutan adalah 85 desa telah melakukan pemetaan partisipatif tata guna lahan, dan 34 diantaranya telah menerima manfaat. Sertifikasi Yurisdiksi telah menunjukkan kemajuan, dimana dari empat tahap sertifikasi yurisdiksi RSPO, 71% dari tahap II telah diselesaikan oleh Kabupaten Seruyan. Inisiatif Wewowo Lestari yang berbasis pada identitas Orang Asli Papua telah mencatatkan proses pengakuan masyarakat adat dengan diajukannya 5 peta wilayah petuanan untuk mendapatkan Surat Keputusan Bupati Fakfak. Klaster Industri yang berfokus pada penciptaan produk olahan dari beberapa komoditas telah berhasil melakukan *engagement* dengan sejumlah perusahaan yang potensial untuk menyerap produk olahan hasil pertanian dan menyediakan mesin serta teknologi untuk produksi gula dan minyak atsiri.

\
\
Transformasi Digital telah merancang platform KATA (Kaleka Satu Data), sebuah sistem digital sebagai pusat penyimpanan, pengelolaan, dan penyajian data dari seluruh kegiatan Kaleka, yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi proses internal dari pengumpulan data hingga penyusunan laporan. Inisiatif Tani Baik telah membentuk komunitas pemuda sebagai wadah untuk mengembangkan ide kreatif tentang pertanian di Seruyan, Bogor/Jakarta, dan Bali. Aliansi Kolibri, jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) telah diluncurkan dan mendapatkan Surat Keputusan (SK) Menteri Hukum dan HAM serta berhasil memiliki 12 anggota organisasi yang tersebar di 11 provinsi di Indonesia. Sekretariat Kalimantan Landscape telah berfungsi secara penuh di 2 kabupaten (Sukamara & Ketapang), di Sukamara telah berhasil mendorong pemetaan dan perlindungan hutan adat sebagai model untuk pengelolaan hutan berbasis komunitas, dan di Ketapang merintis kerja sama multipihak, termasuk dengan GAPKI.

\
\
Capaian Kaleka di tahun 2024 berada pada kisaran 55-100%. Kunci keberhasilan dari Indikator Kinerja Utama (IKU) yang mencapai hasil di atas 80% diantaranya adalah perencanaan dan target kegiatan yang jelas serta peningkatan kapasitas internal dan pendampingan intensif di lapangan. Selain itu, kuatnya koordinasi, kerja sama, komunikasi, dan pembagian peran yang baik dengan para pemangku kepentingan (pemerintah daerah, pemerintah desa, pengusaha, LSM, dan masyarakat) yang tergabung dalam Multi Stakeholder Forum (MSF) telah membantu dalam mendorong capaian yayasan.

 \n 

thumbnail_docs